Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun
2005-2025 merupakan kelanjutan rencana pembangunan tahun sebelumnya yang
difokuskan pada upaya perbaikan dan penataan
kembali berbagai langkah strategis dan kebijakan di bidang pengelolaan
sumber daya alam, sumber daya manusia, lingkungan hidup, serta kelembagaannya
agar bangsa Indonesia dapat melaksanakan pembangunan pada semua aspek untuk
menata dan memperbaiki ketertinggalan dan mampu memposisikan sejajar dengan negara
yang sudah maju, serta mempunyai daya saing yang kuat dalam pergaulan dunia
internasional.
Pembangunan
merupakan proses kegiatan yang terus-menerus yang bertujuan untuk mencapai
kearah keadilan yang lebih baik. Proses ini membutuhkan modal baik dana,
teknologi maupun manusia. Diantara ketiga faktor ini sumber daya manusia adalah
faktor terpenting.Sumber daya manusia ini harus benar-benar dapat diandalkan
sebagai modal pembangunan.Oleh karena itu, sumber daya manusia perlu dibina
sedemikian rupa menjadi sumber daya yang berperan aktif dalam setiap
pembangunan.
Secara alamiah anak tumbuh
menjadi besar dan dewasa, dan anak merupakan bagian dari aset bangsa yang tidak
ternilai harganya. Mereka adalah generasi pelanjut perjuangan bangsa yang akan
menerima tongkat kepemimpinan di masa
yang akan datang. Sebagai pewaris kemerdekaan pemuda bertugas mengisi
kemerdekaan, memikul tanggung jawab masa depan terhadap maju mundurnya suatu
negara. Agar anak mampu melaksanakan tugas-tugas melanjutkan estafet
kepemimpinan dan pembangunan dari generasi pendahulunya, maka kepadanya perlu
mendapatkan kesempatan yang seluas-luasnya untuk tumbuh dan berkembang secara
wajar baik rohaniah, jasmaniah maupun sosial. Perumusan
masalah yang dilakukan berdasarkan situasi ibu dan anak yang berkaitan dengan
belum terpenuhinya hak anak atas kesehatan, Berdasarkan data situasi ibu dan
anak di Propinsi Sulawesi Barat baik itu data hasil survei, sensus dan data
sektoral MDGs.
A.Penilaian
situasi
Penilaian
situasi dilakukan sebagai dasar analisis dan pengembangan program selanjutnya.
Penilaian situasi mencakup tiga kegiatan utama, yaitu:
1.Perumusan
masalah pada bidang kesehatan sebagai berikut:
a)Jumlah
kematian maternal masih tinggi sebanyak 54 kematian (tahun 2008), tahun 2009 meningkat
menjadi 55 kematian, dan terjadi penurunan pada tahun 2010 sebanyak 44 kematian.
b)Asfiksia
dan Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR) meningkat sebesar yang mencapai 41 % dari total kematian anak 323 Jiwa
selama tahun 2010.
c)Masih
banyak ibu melahirkan dalam persalinan tidak ditolong oleh Bidan atau tenaga
kesehatan sebesar 26,18% sumber data sektor tahun 2010, sedangkan pada tahun
sebelumnya sebesar 33,48 %.
d) Kematian
bayi masih tinggi yaitu ditemukan 15,2/1000 kelahiran hidup pada tahun 2010.
Hal ini terjadi peningkatan yang cukup tinggi dibandingkan pada tahun 2009
mencapai 11,7/1000 kelahiran hidup.
B.Telaahan
atau Analisis
Berdasarkan penentuan prioritas masalah kesehatan yaitu masalah masih tinggi
kematian ibu, presentase gizi buruk dan kurang yang masih tinggi dan masih
tingginya kemtaian bayi. Maka berikut ini hasil analisis kausalitas
(sebab-akibat).
1. Analisis
Kausalitas (sebab – akibat)
Gambar
1,
Analisis
Kausalitas Kematian Ibu
Stok
Darah Kurang
Retensio
Plasenta
Terlambat
Mengambil Keputusan
Terlambat
ke fasilitas Pelayanan Kesehatan
Terlambat
Mendapat Pelayanan Kesehatan
Donor
Darah Kurang
Kantong
Darah Kurang
Gol Darah
tidak sesuai
Alat
Kurang
Tenaga
Kurang
Pusk
PONED belum memadai
Pengetahuan
dan keterampilan Petugas kurang
4 Terlalu
-Terlalu Tua
-Terlalu Muda
-Terlau dekat lahir
-Terlalu sering
Biaya kurang
Pengetahuan
faktor resiko Keluarga
Pengaruh
Dukun
Geografis
Transportasi
tidak tersedia
Partisipadi dan permberdayaan keluarga dan masyarakat
bidang KIA masih Kurang
Pemerintah Masih Kurang dalam memfungsikan dan
memotivasi Keluarga dan Masyarakat
Kematian ibu karena pendarahan
1
Gambar 1 Analisis Kausalitas Kematian Ibu karena pendarahan, hasil
diskusi Tim Kesehatan
ASIA disebabkan oleh 5 faktor yang
berkontribusi langsung (penyebab Langsung) terhadap terjadinya pendarahan yang
dapat mengakibatkan kematian. Kelima faktor itu adalah:
1)Retensio
placenta dan atau atonia uteri
Plasenta yang
sulit atau terlambat dikeluarkan pada rahim seorang ibu yang baru saja
melahirkan (karena lengket dan tak berkontraksi) yang kebanyakan terjadi pada
mereka yang 4 T ( terlalu muda, terlalu sering melahirkan, terlalu banyak melahirkan dan terlalu tua) Apabila
dipaksakan keluar atau dibiarkan, pengeluaran darah atau pendarahan akan terus
terjadi, bila tidak segera ditangani maka nyawa ibu sulit untuk dipertahankan karena kehabisan darah.
2)Stok darah
kurang.
Kematian ibu karena pendarahan, ini artinya pendarahan
pada ibu maternal (ibu hamil, ibu bersalin dan ibu masa nifas) sering terjadi,
dan diantara mereka sangat membutuhkan darah ketika terjadi obortus, saat persalinan
maupun masa nifas. Ketiadaan donor, kantong darah dan stok darah dengan
golongan darah yang sesuai pada unit pelayanan kesehatan ataupun pada unit
tranfusi darah (bank darah) akhirnya nyawa merekapun melayang.
3)Terlambat
mengambil keputusan
Biaya yang kurang, ketidak tahuan tentang faktor resiko
pendarahan, keluarga maupun kerabat dan adanya pengaruh dukun maka ibu maupun
suaminya ataupun orang yang berpengaruh tidak dapat berbuat apa-apa ketika
seorang ibu yang akan melahirkan sudah mulai menunjukan tanda-tanda
kedaruratan (pendarahan) persalinan. Dan
ketika terjadi pendarahan semua panik
mencari tranportasi, belum sempat didapat tranportasinya, nyawapun melayang.
4)Terlambat
sampai kefasilitas pelayanan kesehatan
Ketiadaan tranportasi, jarak kepelayanan kesehatan yang
seharusnya dapat ditempuh dengan 25-20 menit akhirnya dapat ditempu dengan 2-3
jam , keluarga ataupun kerabat yang tidak menyiapkan kendaraan ketika seorang
ibu akan melahirkan akan lambat tiba di sarana pelayanan kesehatan, ketika tiba
seorang ibu sudah kepayahan/kelelahan kehabisan energi, tidak serta merta
persalinan dilakukan, kondisi seorang ibu harus diperbaiki terlebih dahulu,
namun sebelum pulih ibupun meninggal dunia,
dan walaupun kondisi ibu segera pulih, janin sudah tidak bisa
diselamatkan, kematian janin dalam rahim
dalam kasus seperti ini sering terjadi.
5)Terlambat
mendapat pelayanan.
Ketiadaan paket pelayanan obstetrik neonatus emergensi
dasar di puskesmas, alat dan bahan pelayanan kesehatan habis pakai yang kurang,
kualitas terutama pengetahuan dan keterampilan petugas yang rendah serta jumlah
petugas (bidan) yang kurang. Merupakan penyebab-penyebab tidak langsung dari
terlambatnya pelayanan yang diberikan unit pelayanan kesehatan (puskesmas)
kepada ibu-ibu maternal yang
mengalami kegawatdaruratan obstetrik dan
neonatus dasar.
Gambar 2
Analisis
Kausalitas Kematian Bayi
Status Gizi
Ibu Hamil kurang
Kematian Bayi yang masih tinggi
BBLR
Asfiksia
Penyakit infeksi berbasis lingkungan (Diare, Ispa)
Status
Kesakitan Ibu
Air yang
tidak memenuhi syarat
Cakupan
Jamban Keluarga masih rendah
Ketersediaan
pangan di tingkat RT kurang
Pengetahuan
Gizi dan Kesehatan yang kurang
Dampak
Penyebab
Langsung
Penyebab
tdk Langsung Langsung
Penyebab
Utama
Partisipasi
dan pemberdayaan masyarakat dan
keluarga bidang kesehatan masih kurang
Pemerintah
masih kurang mengfungsikan dan memotivasi masyarakat dan keluarga dalam
bidang kesehatan
Status
Kesehatan BBL
Keadaan
rumah yang tidak sehat
Pada Gambar
2 Analisis Kausalitas
Kematian Bayi yang masih ditemukan tinggi di Propinsi
Sulawesi Barat, akar masalah atau penyebab utamanya, ada dua faktor yang saling
mempengaruhi, pertama; masih kurangnya partisipasi dan pemberdayaan masyarakat
dan keluarga bidang kesehatan dan faktor kedua;
pemerintah masih dianggap kurang dalam mengfungsikan dan memotivasi
masyarakat dan keluarga dan upaya peningkatan kesehatan. Hasill diskusi Tim Kesehatan ASIA yang
didasarkan laporan penyebab kematian bayi ada 3 faktor penyebab langsung
kematian bayi yang selalu ditemukan tiap tahunnya, ketiga faktor penyebab
langsung itu adalah:
1.BBLR ( Berat Badan Lahir
Rendah)
Keadaan status gizi ibu
yang kurang sebelum hamil maupun selama hamil, akibat dari ketersediaan pangan
di rumah tangga (RT) yang kurang untuk dikonsumsi dan akibat pengetahuan gizi
dan kesehatan yang masih sangat kurang dari seorang ibu merupakan
factor-faktor utama yang mempengaruhi
terjadi Bayi lahir dengan berat badan rendah.
2.ASFIKSIA
Bayi baru Lahir (BBL)
tidak bernapas secara spontan dan teratur (Asfiksia) dikategorikan sebagai bayi
dengan Asfiksia, sering dapat menyebabkan kematian bayi, terjadi karena
beberapa keadaan pada ibu selama hamil
atau ketika hendak melahirkan. Keadaan ibu selama hamil diantaranya ibu
menderita hipertensi, mengalami post matur
sesudah 42 minggu kehamilan,
menderita penyakit infeksi misalnya malaria, sifilis, ISPA dan lain-lain.
Keadaan ketika hendak melahirkan diantaranya partus lama atau partus macet,
demam selama persalinan, pendarahan abnormal dan lain-lain. Keadaan bayi baru lahir juga sangat mempengaruhi
terjadinya Asfiksia misalnya baru lahir
dengan premature (sebelum 37 minggu kehamilan), persalinan yang sulit, kelainan
konginital, termasuk kedaan tali pusat
yang tidak normal.
3.Penyakit
infeksi berbasis lingkungan.
Diare, Infeksi Saluran
Pernapasan (ISPA) merupakan beberapa penyakit infeksi berbasis lingkungan yang
prevalensi kesakitannya masih sangat tinggi, apabila menginfeksi bayi dan bayi
uang terinfeksi tidak ditangani dengan baik maka dapat mengakibatkan kematian.
Penyebab penyakit infeksi pada bayi ini adalah keadaan sarana air bersih
yang masih sangat kurang, membuat hajat
disembarnag tempat dan keadaan rumah yang tidak memenuhi syarat.
Pertumbuhan
fisik menurun dan sakit-sakitan. (Penyakit Ispa, Diare, Cacingan dst).
·Anak
kurang nafsu makan
·Kekurangan
makan (ASUPAN)
Org
tua tdk pandai mengasuh anaknya
·Kurangnya
kesadaran ibu hamil & ibu menyusui mengkomsumsi mknan bergizi
·Pola
mkan tdk jls dan tdk teratur
·Kondisi
tmp tinggl yg tdk sehat
·ASI
dianggap bkn hal yg utama (di no. 2 kan)
Dana/keuangan
rumah tangga menipis
Kurangnya
daya dukung kebijakan2 dari Instansi2 terkait atau Pemerintah
Sosial
budaya masyarakat tidak mendukung
Gambaran 3 Masalah kekurangan gizi balita (SAWANGAN) yang
merupakan dampak dari keadaan kesehatan di Propinsi Sulawesi Barat mempunyai
dua faktor penyebab langsungnya yaitu:
1)Pertumbuhan
fisik menurun dan sakit-sakitan (penyakit Ispa, Diare, Cacingan dan lain-lain).
Anak balita telah menderita penyakit infeksi, berarti
pada tubuh anak ada mikroorganisme yang
mengganggu pertumbuhan fizik. Hal ini disebabkan (penyebab tidak langsung)
karena kondisi tempat tinggal yang tidak sehat ditambah dengan kurangnya
kesadaran ibu hamil dan menyusui mengkonsumsi makanan yang bergizi, pola makan
tidak jelas dan tidak terartur, dan ASI dinggap bukan hal yang utama (ASI tidak
dieklusifkan/dinomor duakan), sehingga daya tahan tubuh anak menjadi lemah
terhadap serangan mikroorganisme penyebab penyakit infeksi. Penyebab tidak
langsung ini semua berakar pada kurangnya daya dukung kebijakan dari Instansi
terkait atau pemerintah setempat dan sosial budaya masyarakat yang belum mendukung upaya-upaya pencehagan
dan penanggulangan masalah kurang gizi, bahkan maslah gizi ini oleh masyarakat
Polewali Mandar mengistilahkan dengan SAWANGANG yaitu sesuatu hal yang biasa
terjadi pada anak-anak ditemukan kasus gizi buruk dan kurang.
2)Anak
kurang nafsu makan atau anak kekurangan makan
Anak kurang nafsu makan disamping disebabkan
karena anak sering sakit-sakitan juga karena pola asuh anak yang belum baik
guna merangsang selerah makan anak atau dengan kata lain “orang tua belum
pandai mengasuh anak”, Penyebab lainnya adalah Dana atau keungan rumah tangga
balita tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan makan (gizi) ibu (jika bayi Masih
ASI Eksklusif) atau memenuhi kebutuahn makan (gizi) anak. Akar masalahnya
adalah sosial budaya masyarakat yang belum mendukung, disamping itu juga karena
kurangnya daya dukung kebijakan dari instansi terkait atau pemerintah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar